Panggung
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives.
The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Articles
18 Documents
Search results for
, issue
"Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni"
:
18 Documents
clear
The Significance Of Narrative To Interpret ââ¬ËSherlock Holmesââ¬â¢ Characterin Museums
Wijaya, Hanny
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.26
This research focuses on the study of Sherlock Holmes character that has been a famous detective icon in the world, where this character then become the main theme interpreted by the museum.àThe method employed by the museum to ââ¬Ånarrateââ¬Â that particular character is very significant to determine the objective and background for the museum as the exhibition organizer. Narration holds a crucial role to ââ¬Åguideââ¬Â the understanding of the audiences to a character, or sometimes can make ââ¬Åconfusionââ¬Â to the audience when differentiate whether the character is fiction or non-fiction. By comparing the narration on the permanent displays of Museum of Sherlock Holmes to temporary exhibition display in Museum of London with Sherlock Holmes theme, it can be seen the significance of the relation between narration and interpretation of a character that also determine the message of that museum.Keywords: Narration, interpretation, Sherlock Holmes, museum, exhibition
Arena Seni Pita Maha: Ruang Sosial dan Estetika Seni Lukis Bali 1930ââ¬Ëan
Adnyana, I Wayan ‘Kun’
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.22
Sejak akhir 1920-an di Ubud dan sekitarnya berlangsung praktik seni lukis dalam ruang interaksi dan dialog yang sangat intensif antara pelukis remaja, pelukis senior, patronase puri Ubud dan pelukis Barat. Praktik seni ini kemudian berkembang pesat menjadi arena seni bernama Pita Maha. Pita Maha diumumkan berdiri resmi 29 Januari 1936, mengakomodasi berbagai komponen art world di Bali, di antaranya galeri, kritikus dan kurator. Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi arena seni dan estetika Pita. Kajian dilakukan dengan pendekatan sosiologi Bourdieu tentang field (arena), dan hermeneutika mendalam (depth-hermeneutics) Thompson. Kajian ini menemukan berbagai capaian arena seni Pita Maha. Estetika Pita Maha adalahàââ¬ËSpiritualismeââ¬â¢ yang kemudian dilanggengkan sebagai ideologi estetika. Estetika yang secara tegas mengeksplorasi tema dan pandangan subjektif tentang hubungan Tuhan dan manusia dalam artistik dan stilistik seni lukis Bali yang baru.Kata kunci: Arena Seni , Estetika Pita Maha.
Penataan Artistik Pada Festival ââ¬ÅGunung Kromong Palimananââ¬Â
Hadiyat K, Yayat
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.27
Festival ââ¬ÅGunung Kromong Palimananââ¬Â merupakan festival seni budaya sebagai wujud aksi sosial budaya danàpelestarian seni rakyat yang bermuara pada kepedulian lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode riset pengabdian masyarakat dengan mengadakan aksi revitalisasi aset budaya, mengkoordinasi generasi muda, mengadakan festival seni budaya. Melalui metode tersebut, Festival seni budaya dapat terwujud dalam mengatasi perubahan sosial budaya masyarakat dengan berpegang pada nilai-nilai budaya yang berlaku dalam lingkungan masyarakat setempat. Konsep artistik Festival Gunung Kromong menggunakan konsep pertunjukan yang disajikan dengan menggunakan tata panggung realis dan tata pentas prosenium. Kegiatan seni pertunjukan adalah konsep pertunjukan seni tradisional kegiatan yang multi disiplin ilmu, mulai dari penata gerak (koregrafer), tata make up, tata suara (seni musik), seni dekorasi tata panggung (lighting, back droop atau backround). Hasil dari riset pengabdian kepada masyarakat ini berupa festival seni budaya yang terdiri dari arak-arakan (pawai budaya) dan sajian seni pertunjukan yang dikemas dalam ââ¬ËGunung Kromong Performing Artsââ¬â¢.Kata kunci: Festival, lighting, back droop, backround, Gunung Kromong Performing art.
Pertunjukan Jonggan Dalam Konteks Sosial Kemasyarakatan Suku Dayak Kanayatn
-, Turyati
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.23
Jonggan merupakan pertunjukan tari tradisi masyarakat suku Dayak Kanayatn. Tarian ini disajikan untuk penyambutan tamu terhormat. Pertunjukan Jonggan terkait dengan berbagai hajat ritual dan hajat sosial masyarakat, antara lain Naik Dango (Ritual panen padi), perkawinan, dan Gawai Dayak (pesta rakyat). Tarian ini biasa ditarikan oleh kaum tua dan muda, laki-laki dan perempuan, tetapi biasanya dihadiri oleh sebagian besar orang tua, karena di dalamnya disajikan pantun-pantun lama yang berisi petuah, moral, agama, dan pandangan hidup. Penelitian Jonggan ini menggunakan pendekatan etnografi untuk mencatat perilaku estetik dan perilaku sosial budaya dalam pertunjukan Jonggan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa anak muda lebih suka menari berpasangan untuk membangun komunikasi dalam acara Jonggan dari pada harus berbalas pantun. Sentuhan emosional, kegembiraan muncul sebagai ungkapan kebersamaan, pribadi, dan komunal yang memberikan gambaran nyata dari hubungan yang berkembang antara emosi pribadi. Gejala pertunjukan menunjukkan terjadinya interaksi dan integrasi sosial yang bermuara pada terbangunnya kohesi sosial masyarakat.Kata kunci: Jonggan, Dayak Kanayatn, Pertunjukan, Tari
Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung
-, Maryono -
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.19
Penelitian ini adalah untuk mengungkap makna pragmatik tindak tutur direktif pada Tari Gathutkaca Gandrung dalam resepsi perkawinan adat Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan perspektif teori pragmatik Parker dan Charles Morris tentang relasi tanda. Adapun hasil penelitian ini menggambarkan dominasi tindak tutur direktif dalam pertunjukan Tari Gathutkaca Gandrung pada resepsi perkawinan adat budaya Jawa yang dimaknai sebagai bentuk perintah bersifat tidak langsung. Penanggap (orang tua) menghendaki agar sepasang pengantin berkenan menikmati nilai estetis, supaya jiwanya menjadi lebih halus, lebih santun, peka terhadap lingkungan sehingga sikap, perilaku, dan tindakannya menjadi lebih baik. Makna perintah berikutnya agar sepasang pengantin dapat menyerap nilai-nilai pendidikan tentang usaha yang keras, semangat, dan perjuangan yang berat seperti yang digambarkan pada Tari Gathutkaca Gandrung agar dicontoh sebagai bekal untuk membina keluarga yang harmonis dan bahagia.Kata kunci: Tarian, Gathutkaca Gandrung, resepsi perkawinan adat Jawa, tindak tutur direktif.
Representasi Foto Keluarga: Ekspresi Seni Kontemporer pada Abad ke-21
Sutrisna, Mira;
Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.24
Kata yang paling banyak mengalami redefinisi sekarang ini adalah seni dan budaya. Seni dan budaya saling keterkaitan, jika seni mengalami perubahan persepsi danàinterpretasi demikian pula sebaliknya. Salah satu penemuan yang menakjubkan di dunia ini adalah ditemukannya fotografi. Dalam ranah seni, fotografi mengalami perdebatan panjang untuk di kategorikan sebagai suatu medium Seni Rupa. Pada era Modernisme, fotografi berfungsi sebagai ââ¬Ëpelayanââ¬â¢ seniman, sedangkan pada era Postmodernisme seniman sebagai fotografer, dan pada era Seni Kontemporer saat ini, fotografer adalahàseniman. Foto keluarga merupakan artefak dan dokumentasi dari perjalanan sejarahàkehidupan sebuah keluarga dengan segala dinamikanya. Berdasarkan kajian literatur danàkategori Seni Kontemporer Charlotte Cotton maka foto keluarga termasuk di dalam delapanàkategori tersebut, khususnya pada kategori kelima, ââ¬ÅIntimate Lifeââ¬Â. Pada abad ke-21 ini, kemajuan teknologi digital mempengaruhi kemajuan kameraàdan teknologi percetakan sehingga menghasilkan suatu budaya digital, yang menghasilkan pergeseran paradigma fotografi dari sakral kearah provan sekaligus banal.Kata kunci: Foto Keluarga, Fotografi, Seni Kontemporer, Modernisme, Postmodernisme
Makna Seni Ukiran Gorga Pada Rumah Adat Batak
Sianipar, Karolina;
Gunardi, Gugun;
-, Widyonugrahanto;
Rustiyanti, Sri
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.20
Tulisan ini berjudul ââ¬ÅMakna seni ukiran gorga pada rumah adat batakââ¬Â. Ukiran gorga merupakan salah satu bentuk kesenian ukiran khas kebudayaan adat batak. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk dari ukiran gorga pada rumah adat batak. Bentuk ukiran gorga bermacam-macam, sehingga pada setiap bentuk ukiran gorga memiliki makna yangàberbeda-beda. Oleh karena itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memahami makna yang ada pada ukiran gorga. Dalam pemaknaan ukiran gorga menggunakan pendekatan semiotika. Semiotika ialah pendekatan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Pada ukiran gorga rumah adat batak memiliki makna kehidupan, yang mana hal ini tergambar melalui bentuk-bentuk pada setiap ukiran.Kata kunci : Ukiran, Gorga, Rumah Adat Batak
Eksplorasi Material Berbasis Permainan Sebagai Pendekatan Berkreasi
-, Andry;
Sachari, Agus
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.25
Eksplorasi material selama ini lebih dikenal sebagai sebuah pendekatan pedagogis dibandingkan sebagai sebuah pendekatan berkreasi. Penitik-beratan perhatian pada upaya untuk mendapatkan nilai kebaruan dalam berkreasi memunculkan pertanyaan âmengapa pendekatan ini tidak digunakan di dunia usaha kerajinan? Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu mengetahui apakah eksplorasi material dapat digunakan sebagai pendekatan berkreasi. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi melalui pengamatan pada eksperimentasi dengan menggunakan bonggol jagung sebagai bahan baku. Uji penerapan dilakukan pada masyarakat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni rupa dan desain, yakni karyawan gedung dan petugas administrasi di lingkungan perguruan tinggi ITENAS, Bandung. Hasil eksperimentasi menunjukkan bahwa pada dasarnya eksplorasi material sebagai pendekatan berkreasi dapat diaplikasikan. Pada uji coba tersebut digunakan konsep permainan sebagai gagasan agar ekplorasi material yang selama ini dikenal sebagai pendekatan pedagogis, dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sebuah pendekatan berkreasi. Kata kunci : eksplorasi material, konsep permainan, kebaruan.
Seni Dalam Bingkai Budaya Mitis: Nilai Life Force dan Transformasinya ke Budaya Ontologis
-, Suharno
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.21
Tulisan ini bertujuan merumuskan teori transformasi nilai-nilai life force dalam seni dari ranah budaya mitis ke budaya ontologis.ÃÂ Kehadiran teori ini cukup penting karena dapat menjadi salah satu sarana mengkaji seni masa lampau kaitannya dengan seni masa kini, serta pijakan ilmiah penciptaan karya seni masa kini yang berbasis nilai-nilai budaya masa lampau. Objek material yang dikaji adalah tokoh Petruk dalam wayang kulit purwa. Metode telaah yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah conceptual approach. Hasil kajian menunjukkan, bahwa transformasi nilai-nilai life force dalam seni dari ranah budaya mitis ke budaya ontologis dapat dilakukan jika kreator mampu menemukan, menginterpretasi, dan mengejawantahkan nilai- nilai tersebut ke dalam karya seni masa kini dengan memperhatikan tiga dasar penciptaan seni, yakni: isi, bentuk, dan penyajian karya yang kontekstual.Kata kunci: tranformasi, nilai life force, estetika budaya mitis dan ontologis
Penataan Artistik Pada Festival “Gunung Kromong Palimananâ€
Yayat Hadiyat K
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (288.582 KB)
|
DOI: 10.26742/panggung.v25i3.27
Festival “Gunung Kromong Palimanan†merupakan festival seni budaya sebagai wujud aksi sosial budaya dan pelestarian seni rakyat yang bermuara pada kepedulian lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode riset pengabdian masyarakat dengan mengadakan aksi revitalisasi aset budaya, mengkoordinasi generasi muda, mengadakan festival seni budaya. Melalui metode tersebut, Festival seni budaya dapat terwujud dalam mengatasi perubahan sosial budaya masyarakat dengan berpegang pada nilai-nilai budaya yang berlaku dalam lingkungan masyarakat setempat. Konsep artistik Festival Gunung Kromong menggunakan konsep pertunjukan yang disajikan dengan menggunakan tata panggung realis dan tata pentas prosenium. Kegiatan seni pertunjukan adalah konsep pertunjukan seni tradisional kegiatan yang multi disiplin ilmu, mulai dari penata gerak (koregrafer), tata make up, tata suara (seni musik), seni dekorasi tata panggung (lighting, back droop atau backround). Hasil dari riset pengabdian kepada masyarakat ini berupa festival seni budaya yang terdiri dari arak-arakan (pawai budaya) dan sajian seni pertunjukan yang dikemas dalam ‘Gunung Kromong Performing Arts’.Kata kunci: Festival, lighting, back droop, backround, Gunung Kromong Performing art.